A Novel: Scar of Love
BAB
2
Benarkah
Cinta Menghidupkan atau Justru Mematikan?
Kau tahu kisah cinta paling
klasik di dunia? Sebut saja, kisah cinta romeo dan Juliet. Kisah ini
adalah sebuah Masterpiece yang telah menjadi legenda sepanjang masa sejak dulu
hingga sekarang. Kisah ini telah menyebar keseluruh dunia dan tak pernah
dilupakan. Wiliam shakerspeare berhasil menyajikan romansa cinta dengan nuansa
klasik dan tragedi, romantis namun tragis. Tapi benarkah itu yang dinamakan
cinta? Seberapa besarkah cinta yang dimiliki romeo? Mengapa romeo meninggalkan
cinta pertamanya, Rosaline? Setelah bertemu dengan Juliet? Bahkan Rosaline
pernah mempertanyakan, sebegitu dangkalkah cinta yang dimiliki romeo?
Atau barang
kali kau tidak akan pernah lupa dengan kisah cinta yang satu ini. Shah
Jahan dan Arjumand Bann Begum, kisah cinta mereka berdua
diabadikan dengan sebuah bangunan nan indah, Taj Mahal yang hingga saat ini
dikunjungi oleh semua orang di dunia yang sangat mengagumi kisah cinta itu.
Setelah Mumtaz Mahal meninggalkan Shah Jahan untuk selamanya ketika melahirkan
anak mereka yang ke14. Shah Jahan memenuhi permintaan terakhir istrinya. untuk
membangun sebuah monument yang indah di atas makamnya. Begitu banyak kisah
cinta sepanjang masa yang menggetarkan
hati. Namun, Bukankah sesungguhnya kisah
cinta yang kau dambakan, hanya bisa kau temui oleh dirimu sendiri. Sebanyak apapun kisah cinta menyentuh lainnya
yang telah kau baca, aku percaya bahwa hanya ada satu kisah yang benar-benar
akan berbekas di hatimu dan itu adalah kisah yang kau miliki sendiri. ****
Aluna menyilangkan kedua kakinya,
duduk berselonjoran seperti ini memang sangat nikmat rasanya. Apa lagi ditemani
oleh segelas wedang jahe dan sepiring ubi jalar rebus di penghujung musim
penghujan seperti ini. Rasanya ia ingin berlama-lama saja di tempat ini. Tapi
kesibukan sebagai mahasiswa tingkat akhir yang masih bergulat dengan skripsi
dan berbagai macam tetek bengek laporan harus ia kerjakan sebagai seorang
wartawan tak jarang membuatnya kehilangan banyak waktu untuk melakukan hal-hal
menyenangkan seperti ini. Dulu, setidaknya setiap akhir pekan ia pasti akan
menyempatkan diri untuk mengunjungi tempat ini, tapi sekarang butuh waktu lama
baginya untuk bisa datang lagi. Itupun karena ia harus bertemu seseorang di
tempat ini. Tadinya ia berniat untuk langsung mengunjunginya di rumah atau di
kantornya saja, tapi orang itu keberatan, katanya ia bosan dengan suasana
kantor yang seolah tiada henti-hentinya kasus berdatangan.
“Menjadi
mahasiswa tingkat akhir sibuk sekali toh?” lelaki tua itu duduk di sampingnya, seperti biasa, lelaki itu
membakar sebatang rokok lalu meneguk kopi hitam yang terletak di kanan mejanya.
Sembari menunggu seseorang, ia memilih untuk mengobrol dengan Patua “Patua apa
kabar?” karena umurnya yang semakin tua, fisiknyapun tidak bisa dibohongi meski
tubuh itu masih terlihat tegap tapi sama seperti halnya sebuah pohon tua yang
di dalamnya rapuh. “Sudah periksa ke dokter lagi? Gimana dengan batuknya
Patua?”
“Ah yang benar saja, kau baru
saja bertemu denganku seminggu yang lalu. Tidak ada satupun yang berubah sejak
seminggu yang lalu” Ia menyeringai, menampakkan giginya yang mulai keropos.
“Tidak usah risaukan orang yang sudah
tua, beginilah kalau sudah tua. Akan banyak penyakit yang datang. Apa
lagi zaman sekarang, penyakit makin aneh-aneh saja namanya. Aku pusing kalau
dengar berita, banyak orang mati karena berbagai macam penyakit. Oh iya, kau ke
sini untuk bertemu Ando? Dia kemaren mencari-carimu di sini, katanya ia juga
mencarimu di kampus tapi kau tak ketemu dan handphonemu
mati, ia tidak bisa menghubungimu sepanjang hari. Ada apa? Apakah terjadi
sesuatu?” Patua ikut khawatir padanya, selain mahasiswa biasa ia juga bekerja
terlalu keras. Menjadi seorang wartawan bukan berarti tanpa resiko.
“Iya, aku baru bisa menghidupkan handphoneku malam harinya, dan aku
langsung menghubungi Erlando ketika itu”
“Lalu apa yang terjadi, kau tak
bisa bicarakan itu pada orang lain?” Patua juga sadar bahwa Aluna adalah
seorang wartawan yang harus menjaga setiap omongannya.
“Seperti yang Patua katakan, ini
tentang pekerjaanku. Setelah aku bertemu Ando di sini, kami berdua akan pergi
lagi”
“Apa ini kasus besar?” Tanya
Patua penasaran. “Apa kamu sudah menemukan petunjuk?” Patua menyegitkan
dahinya, ia pun juga sudah menunggu waktu itu tiba.
“Bukan Patua, ini bukan kasus
seperti yang kau pikirkan. Aku belum mendapatkan petunjuk apa-apa tentang itu.
Bahkan aku merasa tidak ada jalan untuk ke sana. aku merasa sia-sia. Jadi, aku
memutuskan untuk tidak lagi fokus pada tujuanku, aku akan membiarkannya
mengalir. Tapi aku akan membuka kedok dari setiap kejahatan yang aku temui, aku
janji. Ini untuk Ibuku” Aluna menundukkan kepalanya, sudah tiga tahun ia
berhabung dengan dunia pers di sebuah stasiun televisi. Ia menekuni
pekerjaannya tidak main-main, ia bekerja dengan serius dan teliti. Maka tidak
cukup waktu satu tahun baginya untuk bisa bergabung dan bekerja sama dengan
wartawan senior.
“Tenanglah, pasti ada jalan. Kau
lakukanlah pekerjaanmu dengan baik. Selebihnya serahkan pada tuhan” Patua menepuk-nepuk
bahunya.
Bersamaan dengan itu Erlando pun
tiba dengan mengendarai sebuah mobil jeep model kuno tahun ’90 an. Ia memarkir
mobilnya di halaman warung Patua yang tidak seberapa luas itu. ia mengambil
posisi sebelah kanan warung yang paling dekat dengan pintu masuk. Setelah
memarkir mobilnya, ia bergegas turun dan berlari-lari kecil menuju meja tempat
Aluna dan Patua duduk. Ia memegang sebuah catatan kecil ditangannya dan sebuah
tas laptop terselempang di bahu. Seperti biasa Erlando dengan mata merah dan
rambut kusutnya tersenyum, lelaki itu, seberapa beratpun pekerjaannya, ia tidak
akan lupa untuk tersenyum dan bersikap ramah pada orang di sekitarnya. Dengan
sikap ramah dan otak encernya itulah ia bisa menyelesaikan setiap kasus-kasus
yang ia tangani.
“Assalamualaikum Patua” Erlando
menyapa Patua dengan seringainya yang khas, menampakkan gigi-gigi yang rapi dan
bersih juga sebuah lesung pipi di sebelah kanannya. Sepertinya ia menyempatkan
untuk mencukur kumisnya dulu karena nampak bersih dan rapi sekali.
“Waalaikumsalam Ando, kau sudah
nampak segar sepertinya hari ini. Tidak seperti kemarin yang kusut kering muka
kau” Patua tertawa sendiri mengingat betapa kusutnya ia ketika menghampiri
warungnya kemarin. Erlando pun ikut tertawa, menertawakan dirinya sendiri.
“Hei gadis, sudah berapa lama
menunggu?” Erlando mengepalkan tinjunya ke bahu Alluna dengan gerakan yang
manis mengguncang sedikit bahu Alluna.
“Kau mau minum apa anak muda?”
Patua menawarkan Erlando untuk minum terlebih dulu sebelum mereka berdua akan
pergi lagi. “Ah, biar kutebak. Kau pasti tidak lebih dari empat jam tertidur
semalam, kau akan kubuatkan kopi dulu, minumlah dulu sebelum kau melanjutkan
pekerjaannmu”
“Tebakanmu selalu benar Patua,
aku tidur pukul tiga pagi, dan terbangun pukul enam pagi. Sepertinya aku memang
harus minum kopi buatanmu dulu Patua” Ia menyeringai lagi memperlihatkan lesung
pipinya yang menawan.
“Lun, aku mau kamu melihat
sesuatu dulu sebelum kita berangkat” Erlando mengeluarkan laptop dalam tasnya.
Ia sudah tidak sabar lagi memperlihatkan apa yang sudah berhasil didapatkannya.
Erlando menghidupkan laptop lalu mencari sebuah file “rekaman CCTV hotel bima”
mata Alluna seketika melebar lalu ia tersenyum pada Erlando, “Kau berhasil
mendapatkannya?” Dimas mengangkat kedua bahunya lalu mengedipkan satu matanya
pada Aluna, menandakan ia mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Aluna memutar
berkali-kali rekaman itu, ini memang sebuah rekaman yang tidak cukup sebagai
bukti. Tapi cukup bagus untuk memulai kasus ini.
“Tapi, apa kau yakin akan
mengungkap ini Lun? Maksudku, televisi sejak kemarin sudah berkoar-koar
menyebutkan bahwa ini hanyalah sebuah aksi bunuh diri dengan motif patah hati
karena mantan pacarnya akan menikah dengan selingkuhannya. Bodoh sekali mereka
semua membuat kesimpulan seperti itu, aku diam-diam terpaksa menyelidikinya
sendirian karena mereka semua menghentikan penyelidikan ketika asumsi itu
berkembang. Aku kesal setengah mati mempertahankan pendapatku. Tapi mereka
menolak untuk melajutkannya”
“Tenang saja, kamu melakukan
pekerjaanmu dengan baik. Kini giliranku
yang ambil alih”
“Anak muda, minumlah dulu kopimu
ini selagi aroma panasnya masih mengepul. Kau tahu, kopi yang paling enak
diminum saat kepulan aroma panasnya masih bisa kau hirup saat kau meneguknya”
Patua meletakkan gelas berisi kopi hitam itu tepat di hadapan Erlando sehingga
aroma kopi buatan Patua langsung tercium di hidungnya.
“Kopi buatanmu ini memang selalu
luar biasa Patua. Kau tahu Patua? Berapa banyaknya kedai kopi di Jakarta ini,
warung kopimulah yang terbaik diantara mereka” Dimas mencium aroma kopi itu,
lalu meniupnya pelan dan meneguknya.
“Kau berlebihan sekali memujiku
Ando” Patua tertawa dan langsung meninggalkan mereka berdua yang masih sibuk
dengan rekaman itu.
Sebagai seorang wartawan junior
Aluna memang tidak punya cukup kekuatan untuk menentukan alur sebuah berita.
Hingga kasus ini bergulir, semua stasiun Tv terus saja berkoar-koar bahwa ini
hanyalah kasus bunuh diri biasa. Namun Aluna punya firasat lain. Bagaimana
mungkin, hanya karena cinta, seseorang rela mengakhiri hidup sedangkan ia
berada di puncak karir. Menurutnya itu adalah sebuah alasan mati paling
menggelikan yang pernah ia temui. Ia percaya dengan firasatnya sebagai
wartawan. Hal lain yang membuatnya semakin yakin adalah karena mereka yang
dibunuh dan membunuh sama-sama orang yang dapat memberi pengaruh. Ia tahu betul
bagaimana sikap Adji Saka, seorang produser film yang cukup diperhitungkan,
seorang pria hidung belang, yang hingga usianya mencapai kepala empat masih
belum punya cukup nyali memilih salah satu wanita yang dikencaninya menjadi
istri, meskipun begitu ia cukup beruntung di dunia perfilman sehingga banyak
wanita antri untuk dikencani. Apapun alasannya
nanti, ia akan membuktikan bahwa cinta tidak semudah itu untuk membunuh, cinta
akan menghidupkan orang yang dicintainya. Begitulah sebuah kisah cinta yang
sering ia dengar dari Ibunya. Cinta adalah menghidupkan.
“Ando, apa kamu tahu apa alasanku
ingin meyelidiki kasus ini meskipun semua media kini mengatakan bahwa itu
adalah kasus bunuh diri biasa?” Alluna memandang Erlando dengan yakin.
“Karena belum ada keputusan
secara resmi dari kepolisian bahwa itu adalah kasus bunuh diri walaupun mereka
sepertinya juga akan berasumsi sama seperti media”
“Bukan itu satu-satunya alasan
bagiku. Apa kamu mengenal Adji Saka atau Widuri?”
“Aku tidak begitu yakin. Tapi aku
pernah beberapa kali melihat Adji Saka berurusan dengan kepolisian, apakah itu
ditilang, atau karena alasan apa ia pernah di kantor polisi. Hanya sebatas itu,
yang kutahu ia adalah produser film. Lalu Widuri adalah salah satu artis, entah
penyanyi atau pemain film. Hanya sebatas itu aku mengenalnya. Memangnya
kenapa?” Erlando tahu Alluna punya insting yang cukup bagus. Barang kali ia
dilahirkan memang sebagai wartawan.
“Saat ini Widuri adalah salah
satu artis dengan bayaran tertinggi. Menurutmu apa itu masuk akal jika ia
mengakhiri hidupnya demi Adji Saka? Semua orang juga tahu seperti apa Adji Saka.
Maksudku, aku tidak percaya ia bunuh diri hanya demi Adji Saka”
“Yah… Aku juga berpikian sama.
Tapi, mereka memang sudah menjalin hubungan cukup lama yang kudengar. Menurut
asumsi yang berkembang Adji Saka selingkuh dengan rekan artis Widuri lalu
berencana untuk menikah, karena itulah ia mengakhiri hidupnya sendiri,
begitulah yang kudengar. Tapi siapa yang akan tahu nanti ketika kita sampai di
TKP, semoga kita bisa menemukan sesuatu yang berguna."
“Yah, kuharap begitu. Kalau
begitu ayo kita berangkat. Aku mengandalkanmu Mr. Detektif hebat” Alluna
mengacungkan jempolnya tepat di depan muka Erlando dan memberikan senyuman
terindah pertama darinya. Erlando menggenggam tangan itu dan mengganti dengan
jempol miliknya, diikuti dengan senyuman yang menawan.
“Yaps, Nona Jurnalis yang
tangguh, aku mengandalkanmu” Mereka berdua tampak begitu serasi. Sedangkan
Patua hanya memperhatikan mereka dari jauh.
“Patua, kami berdua berangkat
dulu” Erlando tidak lupa ijin kepada Patua sebelum be rangkat.
“Baiklah, berhati-hatilah kalian”
Siapa yang akan menyangka setelah puluhan
tahun berlalu takdir mempertemukan lagi Tari dan Wulan
melalui anak-anak mereka. Akankah
anak itu mampu bertemu Ayah yang tidak pernah ia lihat selama hidupnya. Ah, takdir begitu kejam pada mereka.
****
awak tunggu yhan'story nan barikuik e lai yhan aa.
BalasHapusado nan sala ketik ampak e.namo ando e tatuka jo dimas.haha
BalasHapus