A Novel: Scar of Love


BAB 3
Pembunuhan dan Aksi Diam



Tiga puluh menit kemudian mereka tiba di Hotel Bima. Tempat dimana Widuri ditemukan tak bernyawa setelah terjun dari lantai lima di Hotel ini. Alluna dan Erlando mencoba masuk ke TKP. Ia berusaha untuk bicara dengan Manager Hotel karena mereka tidak punya surat izin perintah dari kepolisian. dan tentu saja itu tidak mudah untuk meyakinkan pihak Hotel meskipun Erlando adalah salah seorang anggota kepolisian. Setelah berusaha bicara sekian lama, akhirnya mereka diperbolehkan masuk ke area TKP. “Saya mohon, jangan memperburuk keadaan kami di Hotel ini. Saya mohon pengertian anda untuk Hotel ini”.
“Baiklah Pak, kami janji tidak akan membuat ini terlihat mencolok dan mengundang perhatian” Alluna mencoba meyakinkan lagi. Mereka pun bergegas untuk menyusuri area TKP. Berharap mendapatkan sesuatu yang berguna dari sana.
“Ando, kamu yakin ketika pihak kepolisian menyisir tempat ini tidak ditemukan apapun yang bisa dijadikan barang bukti?”
“Tidak Lun, sesaat setelah kami sampai di TKP seakan semua ruangan bersih dari apapun. Kami tidak menemukan sehelai rambutpun di lantai”
“Bukankah ini terlihat semakin mencurigakan, untuk ukuran seseorang yang membunuh dirinya sendiri karena frustasi? Keputusan untuk bunuh diri adalah keputusan yang besar. Bagaimana bisa ruangan ini bersih dari apapun. Bagaimana dengan tas, sepatu atau sandal, atau pakaian, jam tangan?” Alluna berusaha memikirkan kemungkinan-kemungkina yang terjadi. Apakah mungkin korban ke Hotel ini hanya untuk loncat dari lantai lima.
“Tidak mungkin. Apakah kamu berpikiran yang sama denganku Lun? Tas dan sepatu korban sudah diamankan dan tidak ada satupun yang mencurigakan di sana. Sedangkan aksesoris seperti jam tangan dan kalung korban masih tertempel di badan korban. Bahkan ia belum sempat melepas jam tangannya”
“Berapa lama ia berada di kamar ini?” skopolamin. Apa benar ia mengkonsumsi obat itu? Erlando memutar kembali rekaman CCTV di loby Hotel Bima yang terlihat Widuri masuk ke Hotel dan memesan kamar 505 sampai ia diketahui terjun dari lantai lima, persis di kamar yang ia pesan.
“1 jam 23 menit Ia berada di ruangan ini. Lalu apa yang ia lakukan di sini selama itu? Apakah ia tertidur?”
“Bukan. Dia tidak tidur, tapi pingsan. Coba kamu lihat goresan di ubin ini. Aku yakin ini adalah high heels yang ia kenakan. Apa benar ia memakai high heels?”
“Iya. kamu mau melihatnya. Aku sempat foto beberapa barang miliknya” Erlando menyerahkan handphonenya ke Alluna dan memperlihatkan foto-foto barang bukti tersebut.
“Benar sekali Ando. Aku yakin sekali, di sini ia terjatuh dan pingsan. Lalu tidak lama setelah itu,… tidak. Apa mungkin ia diperintah untuk melakukannya?”
“Skopolamin adalah obat yang membawa informasi jangka pendek ke otak. Korban yang memakan obat ini akan kehilangan ingatan jangka pendeknya selama beberapa jam atau beberapa hari. Pengguna benar-benar tidak akan sadar apa yang telah terjadi padanya setelah memakan obat ini. Namun yang paling mengerikan adalah pengguna bisa saja melompat dari atas ketinggian bila ada seseorang yang menyuruhnya. Dalam beberapa kasus, korban juga akan mengalami kejang-kejang yang berujung kematian. Apa benar ia memakan obat ini?”
“Bagaimana dengan  saksi mata? Apakah polisi sempat mewawancarainya?”
“Iya, dia mengalami kejang dan darah menyembur dari mulut dan hidungnya”
“Apakah pihak keluarga mau melakukan outopsi?”
“Belum ada keputusan akan dilakukan outopsi”
“Bagaimana dengan panggilan terakhirnya?” Tidak ada satupun panggilan terakhirnya di hari kejadian. Ini aneh. Dia adalah artis mengapa tidak ada satupun orang yang mengikutinya. Bukankah harusnya ia harus menerima telpon setidaknya dari asisten atau managernya? Tapi tidak ada satupun panggilan di hari itu. Apakah seseorang sengaja menghapusnya?” Erlando berusaha menghubungkan kemungkinan yang terjadi.
“Kamu harus bicarakan ini pada pimpinanmu. Dan aku juga akan meyakinkan Bos ku perihal ini. Aku harus membuat media membicarakan ini lagi”
****
“Alluna. Ini bukanlah kasus yang seharusnya kamu tangani. Bukankah kau sudah kuberi perintah untuk meliput pasar?” ah yang benar saja bagaimana bisa ia menyuruh Alluna meliput pasar.
“Tapi pak. Kurasa tidak ada yang mendesak di sana. Maksudku, ini tidak seperti kita akan kehilangan seorang pembunuh dalam waktu dekat”
“Allua, sejak kapan kamu membeda-bedakan materi berita. Kamu pikir pasar tidak penting? Kau pikir kamu adalah seorang wartawan jika hanya meliput pembunuhan, perampokan, atau kasus pemerintahan saja? pikirkan lagi perkataanku. Sekarang keluarlah”
****
“Pak, kita harus membahas ulang kasus ini. Saya khawatir ini adalah pembunuhan. Kita tidak bisa membiarkan media berasumsi bahwa ini adalah kasus bunuh diri biasa”
“Ando. Apa yang kau pikirkan? Bagaimana jika memang ini adalah kasus bunuh diri biasa? Atau jika memang ini kasus pembunuhan apa yang akan kau lakukan?”
“Apa maksud Bapak?” Ando tidak percaya pada apa yang didengarnya.
“Ando. Dengarlah, Saya tahu kau adalah salah satu pegawai yang bisa diandalkan di lapangan. Otak kau cerdas, oleh sebab itu sejak awal saya tidak membiarkan kau menjadi ketua investigasi untuk kasus ini. Ada hal-hal di dunia yang kita jalani ini untuk jangan mengusiknya. Maka saya mohon sebagai pimpinanmu, berhentilah jika saya menyuruhmu berhenti. Dan majulah dengan gagah berani jika saya menyuruhmu maju. Kalaupun saya memberimu izin melakukannya, itu tidak akan berhasil. Kau hanya akan gagal di tengah perjalanan, saya tahu betul siapa kali ini yang akan kau lawan. Maka hentikan”
Erlando masih tidak percaya apa yang baru saja ia dengar. Jelas sekali ini adalah sebuah permainan. Tapi siapa? Dan mengapa? Widuri hanya seorang artis. Dan Adji Saka hanya seorang produser Film yang disebut-sebut menjadi sebab kematian Widuri. Apa yang membuat kasus ini sulit dijangkau. Pasti ada sesuatu, sesuatu yang lebih besar dari ini. Dengan hati kesalnya Erlando keluar dari ruangan pimpinannya memacu mobilnya untuk menemui Alluna. Alluna pasti tahu sesuatu.
****
Di ruangan kerjanya, Alluna masih menghubungkan apa yang ia tahu. Siapa  sebanarnya Widuri? mengapa ia dibunuh? Apakah ia melakukan suatu kesalahan? Lalu mengapa Adji Saka yang menjadi sebab kematiannya. Adji Saka dikabarkan akan menikah dengan rekan artis Widuri, apakah benar? Mengapa Adji Saka sampai saat ini tidak tahu apa-apa mengenai kematian Widuri. Bahkan Adji Saka sekarang tengah melakukan syuting di luar kota. Alluna sudah salah menganggap bahwa Adji Saka adalah dalang kematian Widuri. Tapi siapa dan mengapa?
Pertanyaan-pertanyaan itu terus saja bermunculan di kepala Alluna. Ia bahkan tidak bisa mengerjakan pekerjaannya yang lain. Bos menyuruhnya untuk melakukan liputan pasar. Mengapa ia harus meliput pasar? Sedangkan rekan satu timnya sedang meliput kasus pembunuhan. Mengapa dan mengapa lainnya terus saja bermunculan.
“Aaagggghhhtttt….. benar-benar menyebalkan. Ouh…. Kak Mil, ini sungguh membuatku gila. tolong beri aku sedikit cemilanmu, aku benar-benar lapar sekarang” Alluna merengek pada teman satu timnya yang sedang asik dengan laporan.
“Apakah kau akan menggangguku sekarang? Yang benar saja Lun, kalau aku jadi kamu, aku tidak akan mengeluh sedikitpun jika ditugaskan di pasar. Tidak ada yang susah kan dengan meliput pasar? Itu terlalu mudah untuk ukuran manusia sepertimu. Kamu akan banyak waktu luang, jadi nikmatilah. Setidaknya kamu bisa menyediakan waktumu untuk skripsi. Yang benar saja, wartawan mana sekarang yang belum punya ijazah S1, ha? Cepat selesaikan kuliahmu!”
“Aku saat ini benar-benar lapar, maka kasih aku makanan bukan ceramah, ha? Tapi, apa kamu menemukan sesuatu yang ganjil di kasus itu?” Alluna masih belum menyerah untuk mencari tahu.
“Hmm, Baiklah. Aku yakin cepat lambat kamu akan menggangguku. Begini Lun, kita ini wartawan bukan penyidik dari kepolisian yang punya hak penuh untuk melakukan peyidikan. Kita hanya melakukan apa yang tampak dari luar dan melaporkannya. Kita tidak bisa masuk lebih dalam lagi. Jadi berhentilah menyulitkan dirimu sendiri. Aku tahu apa yang kamu dapatkan dan kamu simpulkan di lapangan. Akupun juga berpikiran yang sama, tapi ada hal-hal yang tidak bisa kita sentuh”
“Omong kosong macam apa itu, kak? Lalu bagimana bisa media membiarkan asumsi yang berkembang bahwa itu adalah bunuh diri yang disebabkan oleh patah hati? Mengapa tidak ada satupun media yang bersuara kalau itu adalah pembunuhan? itu tidak adil, kau sendiri tahu itu.”
“Apa kamu lupa kalau Widuri adalah seorang publik figure? Dengan begitu asumsi akan lebih mudah berkembang. Dan itulah yang diinginkan oleh pelaku. Kita tidak pernah tahu, apa dan siapa itu. tapi begitulah dunia ini bekerja, Lun. Barangkali kamu masih terlalu muda untuk memahami dunia apa yang sedang kita mainkan ini. Terkadang kita adalah pahlawan tapi terkadang kitalah yang menjadi pelaku kejahatan. Kamu harus tahu itu”
“Lalu kita tetap akan menelan itu bagaimanapun itu bekerja. Begitu maksud ucapanmu, kak? Tidak bisakah kita mengetahui siapa di balik semua ini? Bahkan untuk diri kita sendiri?”
“Tidak Lun, mereka tidak akan mau mengambil resiko sebesar itu. kelak jika kamu memiliki kekuatan, kekuasaan, barulah kamu bisa dengan mudah melihat siapa yang menjadi lawanmu sesungguhnya. Tapi tetap saja Lun, musuh yang paling terberat adalah mengalahkan diri kita sendiri. Ingat itu.”
Alluna sekang mengerti, pekerjaan seperti apa yang dilakukannya. Ia merasa lebih jahat dari seorang penjahat. Namun apa yang bisa ia lakukan. Tiba-tiba ia teringat pada Bapak Bagus, Dosen yang paling ia sebalkan sekaligus dosen yang paling ia butuhkan saat seperti ini. Ia teringat Pak Bagus pernah mengatakan bahwa, ‘Jika kamu tidak punya kekuatan maka kamu hanya akan menjadi pesuruh sepanjang hidupmu’ Tiba-tiba ia sangat merindukan Pak Bagus. Entah sejak kapan ia mulai menyadari bahwa apa yang pernah Pak Bagus katakan semuanya benar. Sekali lagi ia merasa berdosa pada orang tua itu.
“Alluna, Ada yang ingin bicara denganmu ia menunggumu di CafĂ©” seseorang menyadarkannya dari lamunan.
“Oh iya, terima kasih”
Di sana ia melihat Erlando sama kusutnya dengannya. Tapi ia masih menyunggingkan senyuman pada Alluna yang terlihat murung. Alluna duduk di samping Erlando dengan wajah ditekuk.
“Sudahlah…. Kamu pasti juga sudah menyadari apa yang terjadi. Maaf, aku juga tidak bisa melakukan apa-apa. Ini di luar kuasaku”
“Aku juga tidak bisa melakukan apa-apa. Aku ditarik dari timku yang melakukan liputan mengenai kasus ini lalu aku ditempatkan di pasar. Apa kamu percaya itu? aku ditempatkan di pasar sementara mereka….”
“Sudahlah…. Aku sendiri tidak bisa melakukan pekerjaanku dengan baik. apa yang paling meyedihkan dari itu?”
“Apakah tidak masalah jika kita hanya diam, Ando?” Alluna sama cemasnya dengan Erlando. Pertanyaan itu juga berkali-kali muncul di kepalanya.
“Aku tidak yakin Lun, tapi bukanklah kita sudah melakukan sesuatu sebisa kita? Bahkan kita sudah berusaha meyakinkan ini kepada atasan. Mungkin hanya ini yang bisa kita lakukan untuk merasa lebih baik, kurasa begitu”
“Semoga” Ibu, maaf aku gagal. Alluna membatin.

Komentar

Postingan Populer